BELAJAR MENDENGARKAN
Oleh: Asih Drajad Lumintu
Apa kabarmu sepagi ini, Moms?
Fajar akan datang. Kokok ayam jantan mulai terdengar menyambutnya. Dari sepiker masjid terdengar azan berkumandang memanggil jemaah untuk salat, tunduk sujud dalam dekapan iman di pagi harinya. Alangkah nikmat karunia telinga dari Allah. Kamu bisa belajar mendengarkan berbagai suara yang datang bersama terbitnya matahari.
Bagaimana rasanya, bila kamu berbicara, namun ucapan kamu sama sekali tidak didengarkan oleh lawan bicaramu?
Atau pembicaraanmu tiba-tiba dipotong lawan bicara sebelum tuntas kamu berbicara? Tentu kamu akan kesal bukan? Karena bisa jadi informasi yang ingin kamu sampaikan, menjadi salah tafsiran.
Sejatinya, kamu tidak saja membutuhkan keterampilan berbicara, tetapi juga keterampilan mendengarkan agar komunikasi berlangsung efektif.
Moms, belajar mendengarkan adalah cara untuk memperoleh ilmu. Kamu dengarkan dengan saksama, lalu kamu fokus memikirkannya.
“Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala” (QS. Al-Mulk: 10).
“Mereka tidak mendapatkan ilmu karena tidak mendengar dan tidak memikirkan. Mendengar dan memikirkan adalah dua asal pokok dari mendapatkan ilmu.” (Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah ; Miftah Daar As-Sa’adah).
Allah ciptakan kamu dua telinga, dan satu mulut. Dua telinga memungkinkanmu mendengarkan dari semua sisi.
Mendengar ternyata tidak sama dengan mendengarkan.
Mendengar, hanya menangkap bunyi, diteruskan ke otak, secara otomatis, tanpa kesengajaan.
Namun, mendengarkan berarti ada usaha untuk menyimak informasi dengan sengaja dari apa yang didengarnya. Terdapat proses memadukan indra pendengaran dengan pikiran, sehingga kita dapat menangkap, memahami, dan menginterprestasikan pesan yang disampaikan komunikator secara objektif.
Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah dalam kitab Madarijussalikin menuliskan, "Mendengarkan adalah pokok akal, dan asas iman, yang menjadikan pondasi bangunannya.
Hakikat mendengarkan, akan mengingatkan hati terhadap makna-makna sesuatu yang didengarnya, dan menggerakkan makna-maknanya untuk mencarinya, mencintainya, atau lari dan membencinya."
Karena itu ada orang:
1. Mendengarkan perihal yang terpuji, dan ada yang tidak.
2. Ada orang yang mendengarkan dengan tabiat, jiwa dan hawa nafsunya. Maka ia mendapatkan bagiannya, sesuai tabiatnya
3.Ada yang mendengarkan dengan hal iman, pengetahuan, dan akalmya. Maka akan dibukakan untuknya, dari sesuatu yang didengarnya, sesuai dengan kesiapan, kekuatan dan isinya.
" ...Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal."(QS Azzumar :18).
Belajar mendengarkan ternyata juga bagian dari komunikasi.
Dalam buku Human Communication pada bahasan Silent Communication atau belajar mendengarkan, Tubbs & Moss menulis bahwa,
Komunikasi adalah penyampaian pesan dari pembicara kepada khalayak sasaran untuk mendapatkan umpan balik yang dimaksud penyampai pesan tersebut.
Pada kasus tertentu mendengarkan saja bahkan lebih efektif daripada berbicara.
Seperti: saat kamu berkomunikasi dengan orang tua. Jangan menimpalinya, karena umumnya kebutuhan mereka adalah kamu mendengarkan nasihatnya saja.
Mendengarkan adalah teknik terpenting dalam komunikasi.
Tiga komponen penting dalam komunikasi adalah :
1. Pertanyaan.
Lontarkan pertanyaan untuk memancing lawan bicara lebih rileks dan nyaman. Pertanyaan adalah bentuk ketertarikanmu terhadap percakapan itu. Namun, hindari pertanyaan sensitif seputar privasi.
2. Pujian akan membuat lawan bicaramu merasa diperhatikan dan senang. Pujian memberi efek instan dan kuat untuk memotivasi seseorang. Namun pujian harus sesuai proporsinya.
3. Reaksi atau umpan balik diperlukan saat komunikasi. Alangkah kecewanya lawan bicaramu yang antusias berbicara, tetapi kamu menanggapinya dengan reaksi yang kurang baik. Tidak menyimak dan malah asyik bermain gawai.
Tips menjadi pendengar yang baik antara lain:
1. Kamu jangan mempersiapkan jawaban selama lawan bicaramu berbicara. Seorang pendengar yang baik adalah menyiapkan pikiran untuk memahami kata-kata orang di depannya dan fokus.
Ingatkan dirimu buat menahan bicara, hingga lawan bicaramu menuntaskan ucapannnya. Dengarkanlah setiap ucapan lawan bicaramu dengan saksama agar kamu paham maksud perkataannya.
2. Ambil jeda untuk memproses apabila dibutuhkan. Kemampuan berpikir diperlukan saat merespons perkataan lawan bicaramu. Maka berhenti sejenak adalah cara mengatasi 'kepanikan' saat menanggapi ucapan lawan bicaramu.
3. Dengarkan setiap perkataan lawan bicaramu, seolah-olah kamu sedang mendengarkan guru menerangkan suatu ilmu. Simak dengan baik, dan kamu akan mendapatkan pelajaran.
4. Tunggu lawan bicara menuntaskan ucapannya, dan hindari menyela saat jeda. Karena mungkin lawan bicaramu belum selesai mengungkapkan maksud ucapannya.
5. Perhatikan gestur lawan bicaramu.
Tidak sedikit orang berbicara hanya ingin didengar. Ingin kenyamanan, kasih sayang, pujian, dan bukan solusi atau nasihat darimu.
6. Percakapan bukanlah pertempuran untuk menang. Tak masalah jika kamu memiliki pandangan yang berbeda dengan lawan bicara. Kamu bisa tetap mengungkapkan secara baik, tanpa harus menjatuhkannya, bukan?
7. Akui kalimat lawan bicaramu.
Ada budaya yang bervariasi untuk mengakui pembicaraan.
Seperti, anggukan, ucapan: "ya", 'uhum'.
8. Ajukan pertanyaan lanjutan saat menanggapi pembicaraan.
Bagian penting belajar mendengarkan adalah terlibat dalam pembicaraan, sebagai bukti kamu memahami isi percakapan. Pertanyaan bertujuan untuk klarifikasi, dukungan, atau mendetailkan maksud lawan bicaramu.
Demikian pentingnya kamu belajar mendengarkan.
Selamat mencoba, Moms!
Salam Hangat,
Posting Komentar
Posting Komentar